Pages

Catatan Seorang Kakak Untuk Adik

Share this history on :
Dik, apa kau tau apa yang kakak lakukan dulu ketika kau menjadi tamu baru bagi bumi? Seandainya saat itu kau tau semuanya, Dik! Lautan haru, senandung melodi bahagia, barangkali akan menjadi bunga dan kupu-kupu di matamu. Sayang, kau masih terlalu lemah. Kau tidak bisa melihat tangis haru ibu ketika menggendongmu, kau tak merasakan kecupan sayang dari ayah, kau tak sadar bahwa masa kelahiranmu adalah masa ketika kau menjadi tontonan kami. Dan kau tak melihat binar bahagia di mata kakak. Binar yang mengantar sebuah janji. “Aku akan menjadi kakak yang baik untukmu.”
Seiring berjalannya waktu, kau tumbuh menjadi adik yang pintar. Indra yang dianugerahkan Allah padamu sempurna bekerja. Sehingga kau dengan mudah belajar mengenal sekelilingmu. Siapa ibu? Siapa ayah? Siapa nenek? Siapa kakek? Siapa teman? Siapa kakak? Apa itu sendok? Apa itu garpu? Apa itu bantal? Apa itu bunga? Apa itu kucing? Apa itu bintang? Apa itu bulan? Apa itu senang? Apa itu sedih? Apa itu memberi? Apa itu bermain? Kelima indramu mencerna setiap hal yang baru kau temui.
Dik, kehadiranmu di dunia ini memang merubah suasana di keluarga ini. Kau lebih sering membuat tawa dan senyum pada wajah ibu dan ayah. Kau lebih sering menarik perhatian orang-orang di sekeliling dengan setiap pertanyaanmu, setiap ketidaktahuanmu, setiap gerak-gerikmu, dan setiap raut yang terlukis di wajah beningmu. Kau sukses membuatku iri! Kau sukses membuatku cemburu! Kau sukses membuatku berprasangka buruk kepada ibu dan ayah. Menjadikan merek korban su’udzonku. Ah! Saat itulah benih-benih benci itu muncul, Dik! Terus tumbuh merambati hati dan pikiranku, sehingga mendorongku untuk menyakitimu. Maafkan kakak atas ketidaktahuan dan kebodohan itu, Dik! Atas semua luka yang kutoreh pada hatimu. Sungguh, jika saat itu kakak lebih mudah mencerna semua, tak akan pernah ada niat untuk menyakitimu. Maafkan kakak…
Dik, mungkin kau sudah tau, bahwa tak ada makhluk yang sempurna di alam raya ini. Karena kesempurnaan yang sejati hanyalah ada dalam diri Dia Yang Menciptakan. Tapi, izinkan kakak menepati janji-janji yang pernah kuucapkan dulu dengan segala kekuranganku. Izinkan kakak menjadi kakak yang baik untukmu. Kau tau, kakak sudah lebih dulu merasakan pahit manisnya hidup di dunia ini. Kakak memiliki pengalaman yang lebih daripada kau. Tolong dengarkan kakak! Dengarkan setiap amanat yang kakak dapatkan dari pengalaman pahit yang pernah kakak alami. Sungguh, kakak tak ingin kau merasakan pahitnya kejadian yang pernah kakak alami selama mengarungi lautan kehidupan ini. Cukup kakak saja yang pernah mengalami.
Dik, harapan kakak padamu sangatlah besar, meski kakak sadar harapan itu tak sebesar harapan ayah dan ibu. Jadilah adik yang berguna untuk agama, bangsa, dan keluarga. Jadilah adik yang tak pernah mengkhianati Sang Pencipta meski beribu cinta menghadang mencoba memalingkan hatimu dari-Nya. Jadilah adik yang selalu mengukir senyum, tawa, dan bangga pada lembaran hidup ayah dan ibu seperti yang kau lakukan ketika kau masih kanak-kanak. Jadilah seorang penyejuk hati untuk orang-orang di sekelilingmu.
Ambillah setiap sisi baik pada diri kakakmu, Dik! Dan jadikan setiap sisi buruk kakak sebagai pelajaran untukmu. Jika kakak bisa ‘ini’, kau harus bisa lebih dari ‘ini’. Langkahkan kakimu dengan mantap setelah mulutmu mengucap bismillah. Berjuanglah meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Doa kakak tak putus untukmu…

Note :
Untuk para kakak : kau adalah cermin bagi adikmu.
Untuk para adik : jangan pernah melukai perasaan kakakmu.

2 komentar:

anes syahida mengatakan...

like this...:D

Blogger mengatakan...

trizna,.:good job,.:)

Posting Komentar