Pages

CURHAT (nggak) PENTING

Konnichiwa, Minna-san :3
selamat datang di blog usang nan creepy ini *tebar bunga* hoho... makasih sebelumnya udah menyempatkan datang ke blog ini. semoga kalian tidak shock setelah melihat blog yang tidak berbentuk ini ^^"
Hmmmhh... Tidakkah anda melihat di pojok kiri ada keluarga Pak Laba-laba beserta junior-juniornya. Di pojok kanan ada Mas Kelelawar sedang tidur nyenyak sambil meluk guling (?!) Mau ngusir mereka, kok rasanya nggak tega, ya? #iniakungomongapasih
Tolong di maklumi, sodaraku. Gaya bahasaku memang bisa berubah. Belum konsisten. Huhu.. masih amatiran. *mewek ngguling-ngguling* gaya bahasa yang seperti ini ni biasanya kupake kalau nulis tulisan ringan gini (bahkan mungkin nggak berbobot sekalipun T-T) Setiap orang kan, juga butuh santai. Kalau bahasa Jepangnya, woles! :D lagian kata orang-orang di tulisan mereka, kalau pengen jadi penulis produktif, tulis apa aja meski kalian nggak tahu mau nulis apa. Nah, ini aku juga nggak tahu mau nulis apa! xD *dilempar ke sungai* Setidaknya kalian bisa tertawa atau mesam-mesem baca tulisan ini :D eh, kalo enggak mesem juga... ya, udah saya minta maaf sudah membuat waktu berharga anda berkurang untuk baca tulisan nggak mutu ini ._. saya justru senang kalau anda langsung pindah ke laman lain daripada kena virus nggak jelas di sini >.< tapi bagi yang masih setia, yo-ho!!! Mari lanjutkan! ^o^)/ Nah, sekarang mau cerita apa, nih? :D ... #krik, krik ... *bahkan jangkrik pun nggak lagi bunyi* ._. Astaga... Ya, Rabbi ampuni dosa hamba! *sujud* Ini beneran deh. Berusaha menerapkan prinsip “menulislah meski kamu tidak tahu apa yang akan kamu tulis”, kenapa malah jadi nggak jelas (buanget) gini tulisanku? >0< kayak apa, ya? *mikir* Kayak makan es krim di tengah padang pasir *peribahasa nggak mutu* *peribahasa ancur* Tapi, biarin deh! Aku tetep mau nulis kok, ya! Nih keyboard laptop juga nggak protes dari tadi kupencet-pencet terus. Ah, ngomong-ngomong soal tulisan nggak jelas, aku pernah dulu waktu semangatku nulis puisi membara tapi lagi nggak tahu mau nulis puisi apa, akhirnya kupaksa nulis juga. Dan hasilnya... KOSONG Kosong
Melanda yang hampir mati
Kosong
Membanjiri kamar
Kosong
Membungkam mata
Kosong
Melompong

Tanjung (Permai), 9 Februari 2013


xD beneran! Aku ketawa sendiri waktu baca ulang nih, puisi xD apalagi ada kata-kata ‘melompong’ di situ xD Bisa-bisanya aku nulis puisi macem tu. :D tapi nggak nyesel juga, kok udah nulis puisi itu. Setidaknya hasil karya puisiku nambah ^^ yey! (y)

Sodara-sodari sekalian yang juga suka nulis, jangan pernah lelah untuk menulis, ya! Prinsip “menulislah meski kamu tidak tahu apa yang akan kamu tulis” bisa jadi benar sekali. Bahkan berguna. Apa yang akhirnya kamu tulis buah dari prinsip itu, pasti kelak akan membuatmu lebih PD dan lebih semangat untuk terus menulis dan memperbaiki kualitas tulisan. Jangan bosan-bosan baca buku juga, karena sebenarnya dari kebiasaan membaca itulah (biasanya) dorongan menulis itu datang ^^ dorongan untuk menjadi lebih baik dan selalu berkarya. Percayalah, teman! Karya-karyamu itulah yang kelak akan jadi fosil dari diri kita ketika nanti kita telah kembali ke alam kekal ^^ Selain dari sikap dan perbuatan baik kita yang akan dikenang, dari hasil karya kita pun nantinya kita dikenang. ^^

Jadi, tetap semangat berkarya, ya! ^^

Tanjung (Permai), 3 Juni 2013
Maaf untuk kesalahan kata

»»  READMORE...

GALAUNYA JADI PELAJAR KELAS XII SMA


Jadi pelajar SMA itu menyenangkan ^^. Bertemu dengan teman-teman yang asyik, saling bertukar ilmu, kumpul-kumpul bareng, kalo susah susah bareng, dan jatuh cinta mungkin? :D Masa SMA itu bagaikan sebuah pelangi yang meski matahari sudah terbenam ia tetap terlihat jelas di langit *cieee*. Melengkung sempurna dari Selatan sampai Utara  Tapi tentu saja di balik kesempurnaan pelangi itu, ada juga sisi-sisi suramnya. Dan yang paling terasa terutama ketika kelas 12 adalah galau menentukan jurusan di PT >0< Aku tahu sekali bagaimana rasanya galau memilih jurusan, karena tahun ini pun aku juga galau setengah urip. Gonta ganti pilihan pun sering terjadi. Untung saja enggak gonta ganti pasangan :p hehe… enggak ding, bercanda! *ditaboki massa* aku kan, enggak suka pacaran *mendadak jadi manusia alim* ^.^ *deep sigh* mereview bulan-bulan sebelum mendaftar SNMPTN kemarin, dan setelah menghitung beberapa prodi yang sempat jadi pilihanku, ternyata banyak juga yang sempat mencuri hatiku :D apa aja sih? Cekidot! ^0^ 1. Astronomi ITB. *tertawa lebar* gue AstroMania, Brooo!!! \(^0^)/ Yaha! Salam astronomi bagi yang suka natap langit juga! ^^ Sudah sejak kelas 6 SD, gue terjangkit virus ini :D Dan puncaknya pengen kuliah di Astronomi ITB itu ketika kelas X. Dua tahun di SMA, harapan jadi mahasiswi Astronomi ITB itu besar buanget, pemirsa. Di buku catatan, buku harian, dan bahkan di label yang kutempel di bangku kelas pun kutulis “Astronomi ITB”. Tapi di awal tahun 2012, dengan berat hati aku menyoret “Astronomi ITB” sebagai prodi yang kupilih  Soalnya aku nggak mau meninggalkan Jogja tercinta dan lagipula aku sadar betul kemampuan Fisika dan Matematikaku tidak sebagus Kimia  Bisa-bisa aku cuma masuk di sana tapi nggak bisa keluar-keluar. Kan bahaya! Sekarang aku hanya bisa berharap semoga besuk anakku atau cucuku ada yang kuliah di sana terus jadi Astronot Indonesia ^^ yoohoo! Salam Astronomi! (^0^)/ 2. Pendidikan Kimia UNY. Gara-gara milih ini sih, karena di awal kenal Kimia di SMA, aku langsung jatuh cinta sama Kimia. Aku merasa “bisa” menaklukkan soal-soal Kimia dari Bu Guru. Nilai Kimia di raport pun alhamdulillah memuaskan  Sehingga aku memutuskan memilih Pendidikan Kimia UNY. Kalau bicara tentang prodi pendidikan, itu sih karena sejak kecil aku sebenarnya pengen jadi guru. Tapi entah kenapa di kelas XI, aku mulai merasakan susahnya Kimia, terutama di materi yang larutan penyangga, asam basa, dkk (di kelas 12 alhamdulillah teratasi ^^). Itu bener-bener sempat membuatku down untuk memilih Pendidikan Kimia. 3. Farmasi/Kimia UGM. Kalau ini sih, usulan dari Ibu. Mungkin karena melihat nilai Kimia putri Sulungnya di raport yang bagus, ibu jadi menyarankan aku di Farmasi UGM. Tapi aku kurang sreg dijurusan itu ._. 4. Pendidikan Biologi UNY. Di kelas X dan XI, aku merasa Biologi itu makin susah :0 Banyak yang dihapalin apalagi banyak nama-nama asingnya. Tapi di kelas XII, alhamdulillah guru Biologi di kelasku enak sekali kalau mengajar  Beliau bernama Pak Rahmat. Kalau mengajar selain serius, beliau juga bisa bercanda. Apalagi sering menyelipkan pesan-pesan yang bisa menambah ruhiyah kita  Dan dari situ, aku pengen jadi guru Biologi seperti beliau. Tapi sebelum pendaftaran SNMPTN, pilihan ini langsung kucoret gara-gara aku merasa tersindir oleh diriku sendiri. “Phobia ulet, cacing, lintah, mau kuliah di Pendidikan Biologi? Enggak salah?!!” hehehe… (“^^)a Aku lupa point penting itu saat memilih Pend. Bio. 5. Pendidikan TIK UNY. Asal usulnya bisa milih ini sih, cuma masalah simpel. Aku suka ngetik di Ms. Word :D dan tiba-tiba terbesit jurusan ini :D tapi nggak lama akhirnya jurusan ini kucoret, mengingat aku adalah tipe anak yang sering kudet -__- 6. Pendidikan Fisika UNY! Broo… ini sangar, Broo!!! :O Kenapa saya nekat milih ini padahal saya tahu diri kemampuan Fisika saya rendah? Itu gara-garanya, rasa kecintaanku pada Astronomi yang enggak ilang-ilang -_- Kan pernah waktu itu Mbak Mas KKN PPL UNY promosi almamaternya di kelasku. Dari situ aku tahu kalau ternyata di PendFis ada materi tentang Alam Semesta (Astronomi). Apalagi mbaknya ngiming-ngimingi aku tentang observasi pake teleskop. Hadeehh… derita AstroMania kagak punya teleskop -__- mudah kepincut -.- Eh, tapi beneran lho, bro niatku milih jurusan ini. Setelah itu aku benar-benar berusaha keras agar bisa berdamai dengan Fisika. Mulai dari belajar, tanya teman rasanya kuliah di PendFis itu gimana, terus nyari-nyari alumni dari SMADA yang kuliah di PendFis UNY. Dan setelah tahu ternyata tidak ada kakak alumni yang kuliah di sana, aku mengundurkan diri dari perang ini -_- ditambah lagi, meski sudah belajar terus saya nggak menemukan mudahnya Fisika itu di mana -__-“ 7. Pendidikan Bahasa Inggris UNY/Sastra Inggris UGM. Ini sih, karena aku suka Bahasa Inggris, bro ^^ 8. Sastra Indonesia UGM/Pendidikan Bahasa Indonesia UNY. Ini sih, karena aku suka dunia sastra, bro ^^ 9. Pendidikan Geografi UNY. Bermula dari konsultasi ke psikolog. Waktu itu aku cerita tentang dilemaku pada Astronomi ITB dan kebimbanganku pada Pend. Kimia UNY. Tapi tiba-tiba jawaban beliau mengharuskanku ke Geografi. Dan Pend. Geografi UNY pernah jadi kandidat juga soalnya aku waktu itu masih kepikiran pengen jadi guru. Tapi mengingat pilihan no 7, 8 dan 9 adalah jurusan IPS, aku tidak jadi milih mereka karena nggak tega kalau harus banting stir ke IPS  10. Kehutanan UGM. Aku cinta alam, bro! ^o^ dan kebetulan aku anak desa! ^^ Tapi begitu tanya pendapat ke teman dekat, dia langsung jawab, “Aku nggak sanggup melihatmu kuliah di sana, yu’!” *sambil geleng-geleng kepala* :D hehehe… nggak tahu kenapa dia jawab begitu. Mungkin dia enggak sanggup melihatku harus mblusak mblusuk di hutan :D 11. Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes. Alasan nglirik jurusan ini simpel saja, pemirsa :D Bapakku kan, lulusan dari KesLing juga dan sekarang bapak bekerja di Puskesmas. Nah, di Puskesmas sana kalau aku cermati dari pengalaman masa kecil yang sering diajak bapak ke Puskesmas dan dari cerita bapak tentang rekan-rekannya, kok sepertinya seru ya, kerja di Puskesmas. Nah, niat itu pun kubawa untuk daftar di Poltekkes jalur raport. Tapi begitu tahu kalau ternyata waktu pengumuman aku jadi peserta cadangan, aku langsung mundur. Padahal saat itu yang cadangan pun juga ada tes kesehatan. Tapi aku sudah tidak minat ._. 12. Pendidikan IPA UNY. Kalau jurusan ini memang jadi pilihan, pemirsa  tapi bukan di pilihan pertama.  SNMPTN kemarin jurusan ini jadi pilihan kedua. Eh, di SNMPTN aku nekat lho, bro :0 itu kan kita diberi 4 kesempatan milih jurusan dari 2 Universitas. Nah, dari keempat kesempatan itu aku nekat hanya mengambil 2 saja. Satu di UGM, satunya lagi di UNY. Habis waktu itu aku sudah galau banget mau milih apa lagi selain dua jurusan itu. :0 Seingatku, itu lah prodi-prodi yang sempat terpikir untuk dipilih. Banyak juga ya, ternyata :D Bagaimana dengan kalian, saudara-saudaraku? ^^ sebanyak itu, kah? Atau lebih banyak? Atau bahkan lebih sangar? >:D bwehehehehe… *dilempari tomat massa*
Alhamdulillah, akhirnya setelah berbulan-bulan meminta petunjuk dari Alloh, dan restu dari ibu dan bapak serta kerabat dan teman, dengan mengucap bacaaan basmalah, SNMPTN kemarin aku mengisi “Geografi dan Ilmu Lingkungan UGM” di pilihan pertama  Alhamdulillah (lagi), aku lolos SNMPTN di jurusan itu juga  *sujud syukur* Jadi ingat, dulu ketika aku membicarakan masalah jurusan ini dengan ibu, beliau kurang setuju dengan jurusan ini. Ibu lebih suka kalau aku ke Farmasi UGM. Hingga suatu hari ibu bilang ke aku kalau ibu rido jika aku memilih Geografi UGM setelah ibu dapat informasi dari rekannya yang putranya juga sukses di Geografi UGM.  Bersyukur sekali ketika akhirnya aku tidak perlu mengikuti jalur tes (SBMPTN/UM) untuk bisa lolos jadi mahasiswa UGM  Semoga berkah untukku dan keluarga  aamiin…
Nah, untuk adek-adek yang mungkin kelak juga akan merasakan galaunya memilih jurusan atau mungkin sejak sekarang sudah galau, saya bagi-bagi tips nih, untuk memilih jurusan.  tips ini kudapat dari seminar salah satu bimbel terbaik di kotaku 
Pertama, bekali dengan minat.  tanyakan pada diri sendiri, apa cita-citamu yang sangat ingin kamu wujudkan dan sekiranya kamu benar-benar yakin mampu? Nilai apa yang paling dominan di raport? Itu juga bisa jadi pertimbangan untuk mencari minat anda 
Kedua, bekali dengan bakat.  apa sih yang paling kamu sukai? Kegiatan apa yang ketika kamu lakukan, kamu merasa nyaman? Menulis kah? Melukis kah? Berbicara di depan umum kah? Internetan? Nah, jadi intinya, tengok kembali apa hobi anda 
Ketiga yaitu kemampuan. Kemampuan di sini berarti kemampuan bersaing, kemampuan dasar, finansial dan adaptasi. Pikirkan ini baik-baik, karena ini juga akan menentukan psikis anda nanti ketika sudah kuliah. Misalnya aku yang akhirnya lolos jadi mahasiswi Astronomi ITB, tapi akhirnya keteteran gara-gara kemampuanku di Fisika dan Matematika yang lemah dan lingkungan sekitar (Bandung) yang beda dengan Jogja. Ah, itu ngaruh banget! Kan eman-eman banget kalau memutuskan keluar dan pindah jurusan 
Keempat yaitu support atau dukungan dari orang-orang di dekatmu terutama orang tua.  Ridonya orang tua itu sama juga dengan ridonya Alloh  jadi ini juga penting banget, teman  Enggak enak juga kan, ya kalau kita pengen sesuatu tapi orang tua tidak mendukung? Nah, kalau pada akhirnya kamu kebelet banget pengen jurusan A (misalnya) tapi orang tua tetap tidak meridoi, coba deh, bicarakan baik-baik dengan mereka.  Cari terus informasi yang bisa membuat orang tua rido dengan jurusan yang sudah anda pilih. Jangan lupa juga doa, biar orang tua juga lekas rido dengan pilihan teman 
Terakhir yaitu, orientasi. Kira-kira jurusan itu sesuai enggak dengan cita-cita saudara? Tapi kalau bicara soal cita-cita, aku juga pernah sebenarnya mencoret Geografi UGM sebagai pilihanku, gara-garanya ya ini. Orientasi. Cita-cita. Kalau aku di Geografi UGM, otomatis aku nggak bisa jadi guru :o pol mentok dosen, aamiin. Tapi aku pernah juga mendengar sebuah petuah bahwa dalam menentukan jurusan, memikirkan kelak bekerja di mana itu bisa dikesampingkan. Yang penting kita enjoy enggak nanti kalau kuliah. Hmm… kalau itu sih, tergantung opini masing-masing ya  Banyak juga yang bilang, memilih jurusan itu juga harus lihat prospek kerjanya besuk. Tapi kalau menurutku, penting sih penting nyari prospek kerja suatu jurusan. Untuk bahan pertimbangan juga. Tapi sebelum kerja, pastinya kita juga harus memastikan di jurusan mana aku enjoy dan bisa lulus tepat waktu  dan tentunya yang bisa menuntun kita enjoy juga dengan pekerjaan kita 
Ternyata banyak juga tulisanku kali ini :D mungkin akibat sudah cukup lama nggak curcol macam gini di blog. Hehe… semoga apa yang kutulis ini bermanfaat untuk pembaca blog  Terima kasih sudah meluangkan membaca dan mohon maaf atas kesalahan yang saya perbuat. 
Salam Anti Galau! (^^)/
Marhaban ya Ramadhan! 
Tanjung Permai, 11 Juli 2013
»»  READMORE...

A Story Behind National Examination

Cerita di balik UNAS? Hmm... Ada sih, yang bikin greget waktu UNAS bulan April kemarin. Dan masalah itu benar-benar tidak terpikir, terduga, dan terkira. Masalahnya ini menyangkut nasib hasil ujian nasional saya, permirsah!!! >0< #lebay. Ah, daripada bertele-tele dan berlebay-lebay alay, mending langsung ke inti aja, ya! Jadi gini. Semua berawal di tanggal 15 April 2013, malam hari. Waktu itu aku sedang (hendak) membuka-buka materi Fisika (jadwal UN paginya). Pelajaran Fisika, Sodara-Sodari se Tanah Jawi! Pelajaran yang paling hobi banget mental tiap kupelajari (>o<) -heran, kenapa dulu ngambil jurusan IPA -.-a Ah, iya! Aku nggak suka pelajaran Ekonomi :P. Niatnya aku cuma mau me-review materi aja dari buku second-second -.- Nah, cerita baru mulai di sini. Buku second-secondku nggak ada, Sodara-sodari se Tanah se Bumi (?)! Panik? Iyalah! Udah tak cari di meja belajar nggak ada. Di dalam tas nggak ada! Kamar dibongkar tetep nggak ketemu! Bahkan keramik rumah kujebol pun enggak ada! -maaf, yang ini lebay *flatface*. Aku inget banget. Tadi di sekolah buku itu kubawa, soalnya sepulang ujian ada bimbel. Nah, di bimbel sempat deh, kukeluarin. Inget-inget kejadian tadi, entah kenapa tiba-tiba hatiku dilanda banjir bandang air es. Nyeeessss... Anyes gitu! :3 hehe... Rasanya langsung tenang gitu. Entah dari mana tuh es-nya dateng. Padahal juga di rumahku nggak jualan es jeruk, es teh, es lemon-tea, bahkan es oyen sekali pun. Tapi langsung nyeess gitu. Tenang. Damai. #halah... Menerima nasib dengan lapang dada :D, aku pun akhirnya memutuskan ngambil buku catatan dari bimbel. Tau deh, di mana buku sampul biru itu. Paling kebawa temen atau ketinggalan di mana gitu. Lagian setelah ujian (besuk) berakhir, (kemungkinan besar) aku udah nggak butuh buku itu. Begitu pikirku waktu itu. #sok (eh, tapi beneran emang nggak butuh :P) Menit-menit pun berlalu. Tiba-tiba handphone ku berdering. Sms masuk dari teman sebangku. Namanya... Eh, kagak usah sebut nama aja. Ndak diprotes sik due jeneng :P Untungnya sampai sekarang aku masih nyimpen tuh obrolan kami. Inisial C adalah temanku dan A adalah aku. C : Ayuk, kw lg ngopo?? (Ayuk, lagi ngapain?)
A : Nata buku. Lha ngp? (Menata buku. Kenapa?)
C : kw sinau opo lagien? (Kamu lagi belajar apa?)
Sebenernya gue udah ngerasa arah pembicaraan bocah ini -,- tapi gue nyoba pura-pura gak tau aja.
A : Fisika, review gelombang
C : Yuk?? Kw (kamu) merasa kehilangan sesuatu ra (nggak)?? :3
A : Ho’o -,-
C : Opo?? :3 (apa?)
Astaga! Ni anak... masih bisa-bisanya nampangin wajah innocent! -.-
A : Kelangan semangat urip -,- *ditendang* dudu ding... ee... emang ak kelangan opo? Hmm... lha ngp kw takon? Mesti kw wis reti ak kelangan opo... :D paling saiki lg tok cekel.. lagian yo r tak masalahke kok #padahal mau yo kelabakan nggoleki (kehilangan semangat hidup -,- *ditendang* bukan! Ee... memang ak kehilangan apa? Hmm.. kenapa km tanya? Pasti km uda tahu ak kehilangan apa. Pasti sekarang lagi km pegang. Lagian nggak jd masalah kok buatku #padahal tadi heboh nyariin)
C : Opo jal sik kelabakan tok goleki?? :3 emoh!! Pokokke kudu ditebak :3 (apa yang km cari? Nggak mau! Pokoknya harus ditebak)
A : wegah. Ngpo kudu ditebak nek kw + ak yo wis reti jawabane -,- Saiki ak takon, py ceritane kok iso tok gawa? =.= (Nggak! Ngapain harus ditebak kalau aku dan km udah tahu jawabannya. Skrng aku tanya, gimana ceritanya kok bisa km bawa?)
C : opo je?? Sok tau bgt je. Emang aku gawa opo jal?? :p (Apa sih? Sok tahu banget. Emang aku bawa apa?)
A : Woo... paling lagi nyekel saos sari rotiku mau sik turah xD (oh, paling baru megang sisa saus rotiku tadi)
PS, sepulang ujian aku beli sari roti yang ada sausnya :P
C : To nak yo mah mikir mangan -_- Ngelih ki bocah -_-
Kw ki janjane reti ta opo? -_- (Tu kan, malah mikir makan. Laper nih, bocah. Kamu sebenarnya tahu kan?)
A : Ngerti. Makane ak takon, py ceritane kok iso tok gawa? (Tahu. Makanya aku tanya gimana kok bisa km bawa?)
C : Yo opo sik?? o_o (apa dulu?)
A : wis saiki ngene wae. Gandeng tok gawa. Gek padahal sesuk ki U-N-A-S (dudu muk TO), makane saiki kw ndongakke ak ben sesuk ak eling rumus opo wae sik ana ning DETIK2 (Sekarang gini aja. Karena kamu bawa, dan besuk itu U-N-A-S (bukan hanya TO), sekarang kamu doakan aku biar besuk aku ingat rumus apa aja yang ada di DETIK2)
C : :3 Maaf  Aku ra nyadar blas. Padalah ket mau ki tak uplek uplek. Aku lagi sadar kok sampul e ono sik podo :D Maaf yuk :(
AMIN. MUGO2 SESUK AYUK MAK CLING ELING SAK KABEHE RUMUS RUMUS E :3 (Maaf, aku nggak sadar. Padahal dari tadi kubuka-buka terus. Aku baru sadar kok sampulnya ada yang sama. Maaf, yuk! Amin. Semoga besuk Ayuk bener-bener ingat semua rumusnya)
Hehehe... rasanya waktu tahu detik-detikku kebawa temen sendiri, bagai rasa kesel, senang, sebel, gereget, gemes jadi satu di dalam kuali terus ditambah garam, gula, bubuk cabe, terus nggak jadi apa-apa *diplindes buldoser* :D Setidaknya hal itu mengajarkanku untuk bersabar menghadapi masalah (genting). Selain itu, obrolanku dengan sohibku di atas bisa membuatku tambah tenang menghadapi Ujian Nasional paginya. Lumayan bisa senyam-senyum sendiri di kamar sambil pegang hape :P hehehe... Hasil akhir? Ternyata oh, ternyata nilai Fisika UN-ku 7,25! Jeng-jeng!!! *tebar-tebar bunga* Sebenarnya itu nggak sesuai target, sih! Tapi, aku juga nggak nyalahin temenku atas ketidaksengajaannya membawa buku second-secondku. Memang baiknya aku dapet nilai segitu di Fisika :D Takdir. Alhamdulillah angkanya 7, bukan 6 atau 5 atau 4. Hehehe... Yang penting kan, aku bisa baca komik lagi ^^ #apadehhubungannyasamasendok -,-a
Selamat ya, buat teman-teman baik SD, SMP, dan SMA/SMK yang udah lulus ^^ Jika hasilnya enggak sesuai target, jangan lekas sedih. UNAS itu hanya bagian kecil dari kehidupan kita. Kesuksesan seseorang nggak diukur dari tinggi rendahnya nilai UNAS. Sukses kan, macem-macem. Dan cara terbaik menggapainya ya, berusaha dan berdoa ^^
GANBATTE KUDASAI!!! (^0^)9 yo-yo-yo...

Tanjung (Permai), 3 Juni 2013
»»  READMORE...

LINTANG KIDUL'S

BULAN YANG BERPALING DARI BINTANG
Gores tinta : Mutiara Ayu M H


Malam pertama,
Sabit tipis tak terlukis di atas ranjang matahari
Kupikir, bayang hitamnya kabur di telan layarnya
Kupikir, karena ini malam pertamanya
Sedang bintang tersenyum, berkedip tanpa dosa
Berkata tenang : ia akan datang

Malam ketujuh,
Punggungmu tetap tak nampak pada mata
Padahal Tuhan telah mengusir gerombolan nakal mega
Adakah perubahan jadwal kemunculanmu?
Sedang bintang (masih) tersenyum, berkedip tanpa dosa
Berkata (amat) tenang : ia akan datang

Malam ke-15,
Gusarku sudah di atas batas merah
Bulat lingkarmu tak secuil pun tertancap
Padahal matahari telah bermimpi di atas bantalnya
Padahal layar malam telah terbentang di atas ubun-ubunnya
Sedang bintang tersentak, matanya dipenuhi kristal kaca
(mencoba) berkata tenang : ia pasti datang

Malam ke-20,
Pohon saling bisik bersama angin
Binatang-binatang lugu berdebat di segi ilmu

Apakah suatu gravitasi menyeret Bulan dalam orbit hidupnya?
Atau mungkin pijaran komet mengajaknya berkeliling di angkasa?
Melupakan ibu Bumi bahkan rentangan tangan bintang dalam rasi
Sedang bintang terisak,
Ia akhirnya angkat bicara :
Kau ke mana saja sebulan ini, Bulan?
Lentera kuningmu dirindu tiap nyawa di bawah sana
Mereka tiap hari menjejaliku pertanyaan tentangmu
Tapi aku juga tidak tahu
Harusnya kau datang, Bulan
Meski hanya siluet hitam sabitmu di barat sana
Datanglah, Bulan
Hapuslah debu rindu di hati mereka
Begitu pun debu di hatiku, yang basah oleh air mataku

Malam pertama,
Malam masih setia dengan kelamnya
Juga di hari, Minggu, dan bulan selanjutnya
Hingga alam membeku dalam tirai tunggu
Sedang bintang, sinarnya luntur oleh derai tetes rindu

Tanjung (Permai), 16 September 2012
*perubahan
»»  READMORE...

SPECIAL TEXT FOR NATURE

Kali ini biarkan aku berbagi tentang sebuah kisah nyata. Kisah nyata yang kuambil dari potongan kehidupanku yang lalu. Sebuah kisah nyata yang kuharap dapat menghasilkan beberapa buah hikmah dan pelajaran. Karena itu, biarkan aku bercerita. Bercerita tentang kisahku. Kehidupanku. Masa laluku. Jika kau malas membaca, tinggalkan saja note ini. Kembalilah ke beranda atau profil anda. Silakan berkelana di dunia maya.
Baiklah, aku akan memulai bercerita.
Kisah ini akan aku mulai dengan 'nama'. Nama. Setiap orang memiliki nama. Orang tua yang baik, orang tua yang peduli akan masa depan anaknya, pastinya akan menyelipkan doa mereka dalam nama anaknya. Berharap pada Sang Kuasa untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pada anak2nya.
Aku kecil (entah umur berapa saat itu) sering bertanya-tanya dalam hati apa arti namaku. Oke aku tahu arti tiga kata dalam namaku. Tapi, satu yang tidak kuketahui saat itu. 'Miftahul'. Entah doa apa yang bapak ibu harapkan dari nama itu.
Tetapi, seiring waktu yang terus mengayuh sepeda kehidupan, aku mulai mengetahui. Kunci kehidupan.
Aku tidak tahu kenapa orang tuaku menyelipkan kedua kata itu dalam namaku. Mungkinkah karena bapak yang sekolah di jurusan yang berembel-embel 'lingkungan'? Atau mungkin ada hubungannya dengan om-omku yang juga sekolah di jurusan 'alam'? Atau mungkinkah karena nenekku yang suka sekali berkebun? Entahlah. Aku tak tahu.
Yang aku tahu dan sadari. Sejak kecil aku selalu suka dengan alam. Rimbun pohon yang menyejukkan dengan dahan-dahannya yang lihai menari-nari bersama angin. Pesona kaum gunung yang berdiri gagah seolah hendak menggapai langit. Riang burung-burung kecil berterbangan seolah bangga mereka bisa terbang sedang yang lain tidak. Bintang-bintang yang teratur membentuk formasi. Rembulan yang elok bergelantungan di langit menawan hati. Alam. Aku selalu suka alam.
Masa kecilku kuhabiskan waktu mainku dengan berpetualang. Beruntung aku yang tinggal di daerah pedesaan (sekaligus pegunungan), sehingga memudahkanku dalam berinteraksi langsung dengan alam. Mendaki gunung, melewati semak-semak yang dapat membuat kulit gatal-gatal, memetik buah-buahan, merasakan dinginnya air pegunungan, bermain dengan ikan-ikan kecil, menyelamatkan kucing terlantar, dll. Semua terasa amat menyenangkan. Apalagi bersama sahabat-sahabat hebatku yang selalu membuat suasana menjadi lebih menyenangkan.
Hingga suatu waktu ketika aku masih duduk di bangku SD (sekitar kelas 5-6), isu Global Warming meracuni otak-otak kami. Di mata kami, Global Warming adalah monster paling menakutkan kala itu. Kami selalu terbayang-bayang dengan bayangan-bayangan buruk itu. Pohon-pohon yang hilang, burung-burung kecil yang berterbangan ketakutan dan kebingungan, es kutub yang mencair, meningginya permukaan air laut, lapisan ozon yang berlubang, panasnya terik matahari yang mampu membakar kulit. Bayangan itu teramat menakutkan bagi kami. Apalagi di tambah dengan pohon-pohon di pegunungan sekitar kami banyak ditebangi.
Hingga akhirnya, aku dan sahabat-sahabatku memutuskan membuat sebuah klub pecinta alam. THE GREENERS GIRLS. Anggota kami memang tidak banyak. Hanya sekitar 4 orang ditambah 1 adik perempuanku dan 1 adik sahabatku (lucunya dia laki-laki). Tapi tekad kami untuk menyelamatkan lingkungan sudah bulat. Kami menyebar selebaran tentang dampak negatif dari Global Warming dan bagaimana mencegahnya. Selebaran itu kami ketik sendiri, cetak sendiri, dan kami sebar sendiri. Selepas shalat subuh di masjid (seingatku itu subuh), berbekal beberapa lembar kertas dan lem kertas seadanya, kami mulai menempelkan kertas itu. Di pasar, di dinding-dinging ruko, dan di tugu desa. Nasib sial kami, saat itu seekor anjing liar mengintai kami. Lantas dengan insting waspadanya, ia mengejar-ngejar kami subuh itu. Itu adalah sebuah kejadian yang menegangkan ketika dialami, tetapi menyenangkan ketika dikenang.
Selepas dengan selebaran2 itu, The Greeners Girls kembali beraksi. Kali ini, kami gemas dengan tingkah penduduk yang menebangi pohon. Terutama pohon minyak kayu putih. Kami berinisiatif untuk membuat sebuah papan dengan tulisan semacam 'Dilarang Menebangi Pohon'. Tapi, yah maklumlah kami masih anak kecil waktu itu. Apa yang kami lihat hanya dicerna secara mentah. Kami hanya melihat bahwa penduduk menebangi pohon dan itu jelas-jelas merusak lingkungan. Mengurangi suplai oksigen utk makhluk hidup. Kami seenaknya saja hendak melarang orang menebang pohon. Padahal, hei, pohon-pohon itu milik mereka! Mereka menebangi pohon itu tentu ada alasannya. Entah itu hendak menggunakan kayunya, kemudian menjualnya, atau apalah. Pohon minyak kayu putih itu. Kami lupa satu poin penting. Mereka memangkas daun-daun minyak kayu putih itu karena daun-daun itu hendak mereka manfaatkan. Lagipula, tak lama kemudian daun-daun muda akan muncul. Kami terlalu bersemangat menyelamatkan bumi waktu itu. Hingga lupa poin2 penting yang tersembunyi.
Tapi, setidaknya, dari kisah kecil kami, aku masih dapat mengambil sebuah pelajaran. Bahwa alam ini adalah anugrah dari Sang Pencipta. Alam ini adalah fasilitas termewah dari yang paling mewah yang Allah berikan untuk kita. Alam ini adalah penunjang hidup kita di bumi. Air yang mengalir tak pernah habis meski setiap hari kita menggunakannya, udara yang kita hirup tak sedikitpun berkurang, segar dedaunan tidak pernah musnah meski tiap hari kita memakannya. Allah teramat sangat baik terhadap kita.
Karenanya, Allah ingin manusia yang diberi amanah sebagai pemimpin di dunia ini, menjaga dan merawat fasilitas dari-Nya. Apa susahnya membuang sampah pada tempatnya? Apa susahnya memadamkan lampu ketika tidak digunakan? Apa susahnya menghemat air yang ada? Apa susahnya merawat dan menjaga hijau-hijauan itu tetap hidup? Mereka diciptakan untuk menunjang kehidupan kita. Lalu, kita hendak membunuhnya begitu saja?
Karena itu, marilah saudara2ku, kita sejenak merenung. Betapa cantiknya alam yang diberi oleh-Nya. Betapa besarnya karunia Allah yang dilimpahkan pada kita. Sedang tugas kita mudah, menggunakannya dengan bijak dan menjaganya tetap berdenyut.
Okelah, barangkali ada yg pernah mendengar bahwa Global Warming hanyalah sebuah akalan suatu kelompok orang yang suka membuat gaduh makhluk di bumi. Membuatnya seolah-olah itu nyata dengan menunjukkan fakta-fakta yang diotak-atik akal bulus mereka. Tapi, apapun isu yang tersebar. Salah atau benar isu itu, menjaga dan merawat lingkungan sekitar adalah kewajiban setiap manusia.
Kau tau, saudaraku? Orang-orang di kota besar sana. Yang kesehariannya berenang di kolam kepulan asap menyesakkan, suara-suara klakson kendaraan yang bersahutan memekakkan telinga, bau-bau tak sedap yang menusuk rongga hidung, cahaya-cahaya yang menyilaukan mata. Mereka pasti dan akan selalu merindukan asrinya alam. Meski di kantor atau rumah mereka terpasang AC yang tak henti membuat dingin udara. Tetap saja, sepoinya angin tak ada tandingannya. Meski di kota gemerlap lampu warna-warni begitu menawan hati. Tetap saja, jutaan kedipan genit bintang-bintang tak ada yang mampu menyaingi.
Alam adalah obat kala pikiran penat. Alam adalah penyejuk alami bagi hati. Alam adalah nafas kehidupan di bumi.
Mari cintai lingkungan sekitar kita :)

Tanjung (Permai), 22 Juli 2012

Apapun bentuk komen/tanggapan/kritikan kalian, saya akan sangat menghargai. Terimakasih banyak atas kesediaan kalian membaca tulisan ini. Semoga bermanfaat :)
»»  READMORE...

DI MATAKU, MENULIS ITU...

Di Mataku, Menulis Itu...

Menulis itu melukis. Hanya saja seorang penulis bukan melukis layaknya seorang pelukis menyapukan kuasnya pada sebuah kanvas. Bukan seperti seorang pelukis yang pandai memadukan warna-warna yang memesona jutaan pasang mata. Tapi, penulis melukis kata-katanya dengan penanya pada selembar kertas. Senang memadukan kata-kata yang menurutnya apik dan menyenangkan baginya. Bahkan coret-coretan kasar penanya pun tetap menyenangkan baginya. Sebuah konsep cerita, konsep artikel dan lain sebagainya tetap amat memuaskan baginya.

Menulis itu bernyanyi. Tapi, penulis tidak bernyanyi layaknya penyanyi handal nan terkenal dengan sejuta pesona suaranya menyenandungkan lagu terkenal di seluruh pelosok dunia. Bukan seperti penyanyi yang pandai membaca not-not balok. Bukan seperti penyanyi yang membuat orang lain menjadi penggemar gilanya. Apalagi seperti penyanyi gadungan yang bernyanyi riang ketika di kamar mandi. Tetapi, penulis bernyanyi dengan nadanya sendiri. Ketika tangannya lihai menari-nari bersama penanya di atas kertas, saat itulah senandung imajinasinya ia lantunkan dari mulut pikirannya. Tidak perlu not balok. Tidak perlu do, re, mi, dkk. Tidak perlu iringan musik. Karena dunia tulisnya adalah dunia musik tersendirinya.

Menulis itu menari. Tapi, penulis menari tidak seperti penari. Entah itu penari tarian tradisional maupun modern. Penulis tidak perlu melenggak-lenggokkan pinggulnya mengikuti irama musik. Atau melakukan gerakan-gerakan seperti robot kehabisan tenaga. Penulis tidak perlu sibuk-sibuk berlatih menari sebelum melakukan pertunjukannya di depan khalayak umum. Apalagi menghapal gerakan-gerakan. Semua itu tidak perlu bagi penulis. Penulis tinggal menari bersama penanya di atas kertas. Atau menari bersama jemari-jemarinya di atas keyboard. Tidak perlu hapalan. Cukup membiarkan ide segar itu mengalir dan ia dengan sendirinya akan menggerakkan pikiran, hati, dan tangan penulis untuk menari.

Menulis itu melawak. Tetapi, penulis melawak tidak seperti pelawak kondang di televisi. Penulis tidak perlu merias diri untuk membuat penampilannya mampu menarik jutaan tawa penonton. Apalagi berdandan seperti wanita atau pria. Tidak perlulah bagi penulis bersikap atau berpenampilan bodoh di depan jutaan pasang mata. Penulis hanya cukup berkutat dengan ide dan tulisannya. Maka dengan sendirinya, komedi-komedi itu akan muncul seiring jalan pikirannya. Semua itu tidak butuh sikap bodoh. Tetapi, sikap dan pola pikir yang kreatif. Memadukan semua ide menjadi komedi-komedi berbobot tinggi.

Menulis itu cinta. Penulis juga membutuhkan cinta untuk menulis. Karena menulis adalah bagian dari kesukaan. Karena dengan cinta, ide dan imajinasinya akan berkembang pesat seiring fragmentasi yang terus dilakukan. Tidak perlu khawatir kehabisan ide untuk menulis jika penulis memiliki cinta. Dan ajaibnya, Tuhan menebarkan cinta pada setiap jiwa.

Aku suka menulis sejak awal SMP. Semua berawal ketika itu aku membeli sebuah buku cerita karya seorang gadis seumuranku. Aku pun termotivasi untuk menjadi seorang penulis. Maka sejak itu aku selalu suka menulis. Mulai dari cerpen, puisi dan novel. Meski pernah novelku ditolak oleh penerbit, tetapi sampai sekarang menulis adalah bagian hidup yang menyenangkan bagiku.

Di mataku, menjadi seorang penulis tidak harus menerbitkan sebuah karya yang dikenal banyak orang. Tidak perlu memiliki penggemar banyak yang selalu menanti bukunya dirilis. Cukup sebuah dukungan dari orang-orang sekitar, dan motivasi dari diri sendiri untuk terus menulis.

Karena di mataku, tidak perlu menunggu waktu untuk menjadi seorang penulis. Seseorang sudah dianggap sebagai penulis jika ia selalu senang menuangkan idenya dalam bentuk tulisan. Tidak peduli apakah orang lain menyukai karyanya atau tidak. Asalkan karyanya menyenangkan dan memuaskan dirinya.

Tulis apa yang kamu suka, rasakan, alami atau kamu pikirkan. Maka, dengan sendirinya dunia imajinasimu akan hidup seiring gores penamu. :)

Selamat membangun dunia imajinasimu ^^

Tanjung (Permai), 6 Juli 2012
*Lintang Kidul

"saya percaya, kalau belajar menulis hanya demi menerbitkan buku, laku, kaya, populer, apalagi sibuk menghitung view+like+komen, maka cepat atau lambat akan berakhir pada kekecewaan--bahkan meski semua itu akhirnya tercapai.

semoga kalian tidak memulai langkah yg keliru, mendengarkan orang2/mentor/guru menulis yg keliru.

menulislah karena itu menyenangkan. selalu menyenangkan. terlebih saat kalian memutuskan menulis utk menemani, menghibur serta bermanfaat bagi diri sendiri, dan syukur2 banyak orang."
*repost Darwis Tere Liye
»»  READMORE...

PUISI TAUFIQ ISMAIL 4

Sebuah Jaket Berlumur Darah

Oleh : Taufiq Ismail

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan berahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN
1966
»»  READMORE...