Pages

BINTANG PUN MENGALAH UNTUK BULAN

Ketika malam datang bersama bentangan jubah hitamnya yang telah dicuci oleh semburat jingga. Sehingga tak satu pun kapuk hitam menempel. Ketika kakimu menapaki bumi di setengah bulan. Cobalah tengok ke atas. Apa yang tampak olehmu? Taburan titik-titik putih yang bercahaya seraya bermain mata padamu. Berkelompok membentuk bermacam-macam formasi nan elok. Indah. Cantik. Genit. Membuat setiap pasang mata yang memandang tercuri hatinya.
Lalu, sekarang coba tengok di tempat kau temukan cahaya di pagi hari. Apa yang tampak olehmu? Sebuah benda bulat sempurna berpendar. Sempurna tergantung di atas horizon. Indah. Teramat indah. Menawan. Teramat menawan. Pancaran cahayanya salurkan berjuta-juta energi damai. Menembus kulit-kulit lalu tertancap di setiap hati sang pengamat. Sungguh, kau teramat sempurna membuat makhluk-Nya jatuh cinta.
Bintang pun mengalah untuk bulan.
Ketika sebutir mutiara itu semakin bergeser ke atas, lalu tepat di zenit hingga akhirnya tergantung di atas horizon barat. Apa yang tampak olehmu? Si kecil permata-permata itu terlihat meredup ketika bersanding dengan bola berpendar itu. Tak ada daya melawan cahaya semu pada bola itu. Dia sadar. Dia terlampau jauh. Tak ada protes. Tak ada sesal bahkan kesal. Tetap berkelip ikhlas. Tanpa secuil pun beban. Mengalah.
Bintang pun mengalah untuk bulan.
Dia sadar bulan telah merebut waktunya. Dia sadar bulan telah merebut kesempatannya. Dan ia memberikan kesempatan itu. Meski dia tak tahu akankah ia mendapatkan kesempatan lagi atau tidak. Meskipun Tuhan memberi tahu bahwa itu adalah kesempatan terakhirnya. Apakah kau merasakan pesan yang disampaikan Tuhan melalui dua ciptaan-Nya itu?
Bintang pun mengalah untuk bulan.
Belajarlah dari bintang. Yang ikhlas ketika ia kehilangan kesempatan. Yang yakin akan rencana-rencana Tuhan yang telah Ia gariskan untuknya. Yang tak resah karena takut kalah ketika ia mengalah. Dia tetap terus berkelip meski bulan merenggut perhatian berjuta-juta pasang mata melalui pesonanya. Ia tetap tabah. Menyediakan tempat untuk bulan. Karena dia tahu tempat yang ditempatinya faktanya bukanlah miliknya. Karena dia tahu keindahan yang ada dalam dirinya faktanya tak akan selamanya bertahan. Karena dia tahu pada saatnya ia pun akan hancur menjadi supernova maupun nova.
Bintang pun mengalah untuk bulan.
Bukan karena (faktanya) ia memiliki cahaya sendiri sedangkan bulan hanya menerima cahaya dari matahari. Bukan karena (faktanya) ia jauh lebih besar jika dibandingkan dengan bulan. Bukan karena (faktanya) ia lebih panas dari bulan. Tapi karena dia tahu, bahwa Tuhan mengajari ciptaan-Nya untuk saling memberi dan ikhlas.
Smada, 3 Januari 2012

BINTANG
“Aku mengalah untuk bulan”

Lymnea-Kid, 2 Juni 2011

»»  READMORE...