Pages

LINTANG KIDUL'S

Share this history on :
BULAN YANG BERPALING DARI BINTANG
Gores tinta : Mutiara Ayu M H


Malam pertama,
Sabit tipis tak terlukis di atas ranjang matahari
Kupikir, bayang hitamnya kabur di telan layarnya
Kupikir, karena ini malam pertamanya
Sedang bintang tersenyum, berkedip tanpa dosa
Berkata tenang : ia akan datang

Malam ketujuh,
Punggungmu tetap tak nampak pada mata
Padahal Tuhan telah mengusir gerombolan nakal mega
Adakah perubahan jadwal kemunculanmu?
Sedang bintang (masih) tersenyum, berkedip tanpa dosa
Berkata (amat) tenang : ia akan datang

Malam ke-15,
Gusarku sudah di atas batas merah
Bulat lingkarmu tak secuil pun tertancap
Padahal matahari telah bermimpi di atas bantalnya
Padahal layar malam telah terbentang di atas ubun-ubunnya
Sedang bintang tersentak, matanya dipenuhi kristal kaca
(mencoba) berkata tenang : ia pasti datang

Malam ke-20,
Pohon saling bisik bersama angin
Binatang-binatang lugu berdebat di segi ilmu

Apakah suatu gravitasi menyeret Bulan dalam orbit hidupnya?
Atau mungkin pijaran komet mengajaknya berkeliling di angkasa?
Melupakan ibu Bumi bahkan rentangan tangan bintang dalam rasi
Sedang bintang terisak,
Ia akhirnya angkat bicara :
Kau ke mana saja sebulan ini, Bulan?
Lentera kuningmu dirindu tiap nyawa di bawah sana
Mereka tiap hari menjejaliku pertanyaan tentangmu
Tapi aku juga tidak tahu
Harusnya kau datang, Bulan
Meski hanya siluet hitam sabitmu di barat sana
Datanglah, Bulan
Hapuslah debu rindu di hati mereka
Begitu pun debu di hatiku, yang basah oleh air mataku

Malam pertama,
Malam masih setia dengan kelamnya
Juga di hari, Minggu, dan bulan selanjutnya
Hingga alam membeku dalam tirai tunggu
Sedang bintang, sinarnya luntur oleh derai tetes rindu

Tanjung (Permai), 16 September 2012
*perubahan

0 komentar:

Posting Komentar