Pages

RESENSI NOVEL "KAU, AKU, DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH"

Share this history on :
Aloha!!! ^^ Mau bagi-bagi cerita nih! *bagi2 buku* Gak tahu kenapa setelah baca novel buah pena Tere-Liye, saya jadi pengen bikin resensinya. Hehe... Afwan jiddan kalo bahasa saya masih amburadul. hehe... maklum lah, masih pemula plus saya juga rada buru-buru nulisnya. coz novel saya udah mau dipinjem temen saya. ^^ well, happy reading!

CINTA DAN PENGORBANAN

Judul : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis : Tere-Liye
Tebal : 512 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama



Penulis yang berasal dari Pulau Sumatra ini lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Penuli bernama asli Darwis ini memiliki seorang istri dan seorang anak laki-laki bernama Pasai. Setelah novelnya yang berjudul “Hafalan Shalat Delisa” sukses difilmkan, belum lama ini salah satu televisi swasta membuat sinetron serial yang diambil dari novel serialnya, Pukat, Burlian, dan Eliana.
Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah menceritakan kisah cinta seorang pemuda bernama Borno, dengan seorang gadis keturunan Cina bernama Mei. Borno adalah seorang pemuda lulusan SMA yang bekerja sebagi pengemudi sepit di Sungai Kapuas. Pertemuan Borno dengan Meri terjadi di atas sepit yang dikendarai Borno. Selepas Mei turun dari sepit, Borno menemukan sepucuk amplop merah tergeletak di tempat yang diduduki Mei. Mengira bahwa amplop itu penting bagi gadis bernama Mei itu, Borno pun memutuskan untuk mengembalikan amplop itu. Namun, pada akhirnya Borno mengira bahwa amplop merah itu hanyalah sebuah angpau setelah melihat gadis itu membagi-bagikan angpau di dermaga.
Semenjak melihat gadis itu, sebenarnya Borno mulai merasakan getaran-getaran aneh dalam dirinya. Ia pun mulai beberapa kali mencoba agar setiap pagi gadis itu menaiki sepitnya. Setiap paginya gadis itu memang selalu menggunakan jasa pengemudi sepit untuk sampai di tempat mengajarnya. Namun, setiap Borno bertemu dengan gadis itu, ia tak kunjung memiliki keberanian menyapa atau mengajak berbincang gadis itu. Hingga akhirnya justru gadis itulah yang memulai percakapan di antara mereka. Dari percakapan itulah mereka mulai akrab meski tak sepenuhnya dapat disebut akrab.
Mei adalah seorang mahasiswa di Surabaya yang mengajar di sebuah sekolah dasar di Pontianak. Karena itu, beberapa minggu setelah bertemu Borno, gadis itu harus kembali ke Surabaya untuk meneruskan kuliahnya. Borno terlihat tidak seriang biasanya setelah kepergian Mei ke Surabaya. Namun, pada akhirnya Borno memiliki kesempatan berkunjung ke Surabaya guna menemani Pak Tua, tetangga yang sudah dianggap seperti keluarganya, melakukan terapi di Surabaya. Di tempat terapi itulah Borno secara kebetulan kembali bertemu dengan sang pujaan hatinya. Di Surabaya pula ia mendapat kesempatan jalan-jalan bersama Mei.
Beberapa minggu setelah kepulangan Borno dan Pak Tua ke Pontianak, Mei akhirnya kembali lagi ke Pontianak. Hampir setiap harinya Mei selalu bertemu dengan Borno membuat banyak orang di dermaga yang mengetahuinya. Kedekatan mereka semakin bertambah setelah akhirnya beberapa kali Mei membantu Borno menyelesaikan pekerjaan barunya, sebagai tukang montir di bengkel sahabatnya, Andi. Apalagi Mei dan Borno pernah jalan-jalan keliling Pontianak berdua.
Namun, setelah kedekatan itu, tiba-tiba Mei memutuskan untuk menghindar dari Borno. Sudah lama ia menolak ketika Borno hendak bertemu dengannya. Bahkan ketika Borno menyusulnya di sekolah tempat ia mengajar, gadis itu tetap menolak bertemu. Hal tersebut membuat Borno bertanya-tanya karena Mei tak sedikitpun memberikan alasan tentang sikapnya. Bagaimankah kisah mereka selanjutnya? Akankah Borno mendapat penjelasan dari Mei? Bagaimanakah akhir dari kisah cinta Borno kepada Mei?
Seperti novel-novel Tere-Liye sebelumnya, novel “Kau, Aku, dan, Sepucuk Angpau Merah” sarat akan makna kehidupan. Tere-Liye amat lihai menyelipkan pesan-pesan moral di setiap jalan cerita yang ia paparkan. Seperti nilai sosial yang terlihat dari penggalan berikut:
“Siapa kerabatnya di sini?” Dokter bertanya.
Cik Taulani dan Koh Acong saling tatap, bingung.
“Kami semua kerabatnya, Dok,” Bang Togar menjawab mantap. Aku sedikit terkesima. Walau selalu menyebalkan, kalau sudah bicara tentang setia kawan, kepedulian, tidak ada yang mengalahkan Bang Togar.”
(hlm. 138)
Selain itu Tere-Liye juga mengajarkan kita betapa berharganya seorang sahabat bagi kehidupan kita. Hal tersebut ia paparkan pada bab 18 Teman Sejati.
“Kau lupa, Borno. Kalau hati kau sedang banyak pikiran, gelisah, kau selalu punya teman dekat. Mereka bisa jadi penghiburan, bukan sebaliknya tambah kauabaikan. Nah, itulah tips terhebatnya. Habiskan masa-masa sulit kau dengan teman terbaik, maka semua akan lebih ringan. Ah, Andi hebat sekali mengerjai kau hari ini. kau marah padanya? Buat apa? Dia justru membuktikan hanya teman terbaiklah yang nekat melakukan itu. dia percaya kau tidak akan bisa benar-benar marah padanya. Bukan begitu?” (hlm. 258).
Tere-Liye juga amat lihai memilih diksi atau pilihan kata. Sehingga pembaca tidak akan mudah merasa bosan ketika membaca novel karangannya. Hal ini memang sudah menjadi ciri khas dari Tere-Liye. Ia mampu membuat pembaca larut dalam karangannya melalui rangkaian kata yang ia paparkan.
Novel “Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah” sangat cocok dibaca oleh kalangan remaja dan dewasa. Melalui novel ini, pembaca dapat belajar banyak tentang makna kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Play Sultan Casino Online | Free Slots No Download
Play Sultan Casino online with Free Spins No Download needed & get started instantly. Enjoy a range of No Deposit Slots, Blackjack & Video Poker 제왕카지노 Games in 바카라사이트 one 인카지노 spot.

Posting Komentar