Pages

AKU BERCERITA :))

Share this history on :
Izinkan Aku Berpena
-Sebuah curhat kepada Ibu
Oh, Ibu, lihatlah anakmu ini!
Dia hanya mampu bicara lewat penanya.
Sungguh, ia tidak sedang menyia-nyiakan kesempurnaan fisik dari Tuhan.
Oh, Ibu, lihatlah anak sulungmu ini!
Ia mencoba membuat simfoni melalui penanya.
Ia mencoba mencipta melodi melalui gores penanya.
Meski berkali-kali pena itu terlepas dari genggamannya.
Meski terkadang ia kehilangan penanya.
Oh, Ibu, lihatlah anakmu ini!
Ketika ia ingin mengutarakan kata-katanya, ia tidak bicara, tapi berpena.
Lihatlah, oh, Ibu!
Semua pikiran, perasaan, dan pendapatnya hanya tertuang dari tinta penanya.
Ia tak bohong, oh, Ibu!
Penanya tak pernah bisa berbohong.
Oh, Ibu, lihatlah sulungmu ini!
Gores pena itu adalah kata-kata hatinya.
Gores pena itu adalah apa yang dipikirnya.
Gores pena itu adalah semua opini-opininya.
Oh, Ibu, lihatlah!
Dia lebih senang menghabiskan berliter-liter tinta daripada seliter air minum untuk membasahi kerongkongan yang kering karena bicara.
Oh, Ibu, faktanya gadis sulungmu ini tak bisu.
Ia bisa bicara.
Menggetarkan pita suaranya.
Tapi ia lebih mampu berpena.
Ia lebih lihai memainkan penanya.
Oh, Ibu, lihatlah ketika gadismu menggoreskan penanya.
Terkadang ia tersenyum bahagia,
Menangis sedih,
Dan menangis terharu.
Tapi, semua itu adalah sebuah keasyikan bagi gadismu.
Coba lihatlah ketika gadismu bicara.
Mulutnya memang bergerak tapi jiwanya sekarat.
Oh, Ibu, faktanya hati anakmu ada dalam penanya.
Ridhokah engkau, Ibu?
Jika anakmu lebih senang berpena daripada berbicara?


0 komentar:

Posting Komentar